Pagi, perawalan dalam hari. Matahari yang mengintip dari
balik tirai kamar sendiri. Kembali menyatukan raga dengan ruh sang penggerak
diri. Apa yang istimewa dalam pagi? karena hanya sebuah pengulangan retorikal
setiap kali.
Ciptaan sang Maha Baik mulai mengayunkan keindahan-keindahan
yang diberkati pada nya, memancarkan segala visualisasi yang memanjakan mata. Atau
murung karena kembali mengambil inti hidupnya.
Tak ada yang salah, beginilah semesta dengan macam-macam di
dalamnya. Saling bersinggungan bahkan membingungkan. Manusia, makhluk dengan
frekuensi tinggi. Dengan pikiran ingin mengubah sistalahi.
Alat yang kata nya canggih, dan otak yang diberikan berkata mampu menandingi sang pembuatnya. Maaf, maafkan kami yang selalu merasa tinggi. Kami tak tahu diri. Kami belum terlalu sadar bahwa kami didampingi ciptaan-Mu yang tinggi. Maaf, sekali lagi.
Alat yang kata nya canggih, dan otak yang diberikan berkata mampu menandingi sang pembuatnya. Maaf, maafkan kami yang selalu merasa tinggi. Kami tak tahu diri. Kami belum terlalu sadar bahwa kami didampingi ciptaan-Mu yang tinggi. Maaf, sekali lagi.
Kembali lagi, fajar tak lagi jingga. Tertutup kabut dosa
semalam. Lirih rintih yang masih terasa dalam kepalan, ingin sekali dilepaskan, terbang
bersama awan, entah kemana. Pergilah, jangan ganggu jentik-jentik kami.
Tapi tetap saja. Setiap pagi begitu sesak. Bukan tentang udara di jantung
ibukota yang aku lelap di dalamnya. Namun tentang hati. Yang kembali merenungi
apa saja yang sudah diperbuat diri. Badai umpatan menggejolak, tak hayal banyak
orang stress dipagi hari.
Mari berteman dengan kenyataan. Bahwa Ayam pun, sekarang
kesiangan.
Bagikan
Ayam Tak Lagi Berkokok
4/
5
Oleh
manap fama
Komentar sangat dibutuhkan bagi seorang Blogger #FYI
Orang baik komentarnya akan baik; Orang buruk komentarnya akan buruk.
Terima kasih dan Terima apa adanya | ... ?
Beri komentar yang bersifat membangun yak :D #ThinkHIGH