Jumat, 19 Juni 2015

Ayam Tak Lagi Berkokok

Foto: Google


Pagi, perawalan dalam hari. Matahari yang mengintip dari balik tirai kamar sendiri. Kembali menyatukan raga dengan ruh sang penggerak diri. Apa yang istimewa dalam pagi? karena hanya sebuah pengulangan retorikal setiap kali.

Ciptaan sang Maha Baik mulai mengayunkan keindahan-keindahan yang diberkati pada nya, memancarkan segala visualisasi yang memanjakan mata. Atau murung karena kembali mengambil inti hidupnya.

Tak ada yang salah, beginilah semesta dengan macam-macam di dalamnya. Saling bersinggungan bahkan membingungkan. Manusia, makhluk dengan frekuensi tinggi. Dengan pikiran ingin mengubah sistalahi.
Alat yang kata nya canggih, dan otak yang diberikan berkata mampu menandingi sang pembuatnya. Maaf, maafkan kami yang selalu merasa tinggi. Kami tak tahu diri. Kami belum terlalu sadar bahwa kami didampingi ciptaan-Mu yang tinggi. Maaf, sekali lagi.

Kembali lagi, fajar tak lagi jingga. Tertutup kabut dosa semalam. Lirih rintih yang masih terasa dalam kepalan, ingin sekali dilepaskan, terbang bersama awan, entah kemana. Pergilah, jangan ganggu jentik-jentik kami.

Tapi tetap saja. Setiap pagi begitu sesak. Bukan tentang udara di jantung ibukota yang aku lelap di dalamnya. Namun tentang hati. Yang kembali merenungi apa saja yang sudah diperbuat diri. Badai umpatan menggejolak, tak hayal banyak orang stress dipagi hari.

Mari berteman dengan kenyataan. Bahwa Ayam pun, sekarang kesiangan.




Bagikan

Jangan lewatkan

Ayam Tak Lagi Berkokok
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

Komentar sangat dibutuhkan bagi seorang Blogger #FYI

Orang baik komentarnya akan baik; Orang buruk komentarnya akan buruk.

Terima kasih dan Terima apa adanya | ... ?

Beri komentar yang bersifat membangun yak :D #ThinkHIGH