Kita. Sepasang akal yang tarik menarik, berbagi imaji dalam
getir kehidupan. Membuat sarkas sendiri yang kita tinggali setiap malam.
Ditempat biasa dengan udara yang seakan menusuk-nusuk kulit ini. Kopi buatan mu kita habiskan bersama, nafas demi nafas. Wajahmu nampak tenang.
Itulah yang aku percaya, menyeruput cairan pekat berkafein itu mampu
mengaktifkan ilusi keindahan yang berujung Kebebasan jiwa.
Tangan mu begitu terampil mencampur bubuk arabika yang
selalu kubeli secara kiloan di pasar. Begitu nikmat, kepiluan yang diderita
hidup bercampur aduk dengan pekat nya air kopi ini.
Setiap malam yang datang dengan gulita nya, selalu santai
kita lewati dengan bercengkerama, ditemani harumnya aroma kopi yang mendekap
setiap kita, menjadikan sebuah kompilasi angan, dibawah bintang-bintang.
Hingga saat kamu entah kemana. Aku bingung kepalang mau
diapakan bubuk ini. Mau disruput bersama siapa air yang (tak lagi) nikmat ini. Sampai akhirnya, kopiku tak habis lagi.
Baca juga: Hallo Jakarta, Jangan Pagi Dulu Ya!
Foto: Google |
Baca juga: Hallo Jakarta, Jangan Pagi Dulu Ya!
Bagikan
Kopi Ku, Tak Habis Lagi
4/
5
Oleh
manap fama
Komentar sangat dibutuhkan bagi seorang Blogger #FYI
Orang baik komentarnya akan baik; Orang buruk komentarnya akan buruk.
Terima kasih dan Terima apa adanya | ... ?
Beri komentar yang bersifat membangun yak :D #ThinkHIGH